Sejarah Public Speaking
Public Speaking
sebelumnya dikenal dengan istilah Retorika. Retorika ῥήτωρ, rhêtôr,
orator, teacher (dalam Bahasa Yunani) pertama kali ada pada jaman Yunani Kuno
SM. Retorika adalah seni berkomunikasi
secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah orang secara
langsung bertatap muka. Atau sering disamakan dengan istilah pidato. retorika adalah sebuah teknik
pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui
karakter pembicara, emosional atau argumen (logo).
Menurut kaum sofis yang terdiri dari Gorgias, Lysias, Phidias, Protagoras
dan Socrates akhir abad ke 5 SM, Retorika memberikan suatu kasus lewat bertutur
, yang mengajarkan orang tentang keterampilan berbicara dan menemukan sarana persuasif yang objectif dari
suatu kasus.
Para ahli menganggap retorika kalau dilihat dari tinjauan komunikasi
maka disebut “speech of communication” atau “public speaking” Para ahli
menganjurkan pentingnya mempelajari “public speaking”, apalagi anda berada yang
bergerak dibidang usaha, serta kehidupan sosial lainnya, bahkan kemampuan anda
yang mempelajari dan mengetahui public speaking dapat bertindak pada waktu
tertentu untuk memutuskan sesuatu dengan segera dan dapat diterima. Istilah
public speaking berawal dari para ahli retorika, yang mengartikan sama ialah
seni (keahlian) berbicara atau berpidato yang sudah berkembang sejak abad
sebelum Masehi.
Pengertian sebenarnya “retorika” yakni pemekaran bakat-bakat
tertinggi manusia, yaknirasio dan cita rasa lewat bahasa sebagai kemampuan
berkomunikasi dalam media pikiran. Dalam retorika, para pemimpin dapat menaklukkan
hati dan jiwa, atau kemampuan mengotak atik otak, sehingga keputusannya dapt
diterima oleh karyawan atau audiens. Pada abad ke-20, retorika mengambil
manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern, khususnya ilmu-ilmu perilaku
seperti psikologi dan sosiologi. Istolah retorika mulai digeser speech
communication, atau oral communication atau lebih dikenal dengan public
speaking.
RETORIKA ZAMAN YUNANI
Secara sistematis, retorika
diletakkan pertama kali
pada jaman Yunani Kuno
(tepatnya oleh orang-orang
Syracuse, sebuah koloni
Yunani di Pulau
Sicilia). seorang ahli public
speaking pada jamannya bernama Corax
menulis makalah retorika yang diberi
nama “Techne logon” (Seni kata-kata).
Di dalam makalahnya,
Corax menulis tentang
“teknik kemungkinan”
Corax juga meletakkan
dasar-dasar organisasi pesan,
yaitu:
·
pembukaan
·
uraian
·
argumen
·
penjelasan
·
tambahan
· kesimpulan
Pada era keemasan retorika, terdapat tokoh - tokoh retorika zaman
Yunani, yaitu:
·
Gorgias
dan Protagoras
Gorgias bersama dengan
Protagoras mengajarkan teknik-teknik memanipulasi emosi dan menggunakan prasangka
untuk menyentuh hati pendengar.Lebih menekankan kepada bahasa yang puitis. Mereka menamakan dirinyakelompoknya
sophistai “guru kebijaksanaan” atau kaum sophis. Saat itulah muncul adanya lomba adu pidato juga muncul
sebagai jago pidato, misalnya Demosthenes dan Isocrates.
·
Demosthenes
dan Isocrates
Berbeda dengan Gorgias
yang lebih menekankan kepada bahasa yang puitis/bahasa yang berbunga-bunga, Demosthenes
mengembangkan gaya berbicara yang jelas dan keras,menggabungkan
antara narasi dan argumnentasi.
Juga memperhatikan cara penyampaian. isocrates mengatakan
bahwa retorika tidak
bisa dipisahkan dari politik dan
sastra. Ia juga
mendirikan sekolah retorika,
dimana ia mengajarkan tentangbagaimana menggunakan kata-kata dalam
susunan yang jernih tetapi tidak berlebih-lebihan
disertai dengan anak kalimat yang seimbang.
·
Socrates
dan Plato
Socrates mengkritik
kaum sophis sebagai
para prostitut, menjual
kecantikan untuk memperoleh uang. Plato mengatakan bahwa Gorgias adalah
contoh retorika yang palsu
(berdasarkan pada Sophisme) sedangkan
Socrates adalah contoh
retorika yang benar (berdasarkan pada filsafat).
Plato menganjurkan agar para
pembicara mengenal “jiwa”
pendengarnya.Dari sinilah Plato meletakkan dasar-dasar
retorika ilmiah dan psikologi
khalayak. Dia mengubah retorika
sebagai sekumpulan teknik menjadi sebuah
wacana ilmiah.
·
Aristoteles
Aristotelse
mengatakan bahwa ada 5 tahap dalam penyusunan pidato (Lima Hukum Retorika = The
Five Canons of Rhetoric), yaitu:
Inventio
(penemuan) penggalian topik dan menentukan metode persuasi yang
paling tepat,
merumuskan tujuan mengumpulkan
bahan/argumen yang sesuai dengan kebutuhan khalayak.
Aristoteles menyebut tiga cara untuk
mempengaruhi manusia :
1.Ethos, kita harus menunjukkan kepada khalayak bahwa
kita memiliki pengetahuan yang luas,
kepribadian yang terpercaya, status yang
terhormat.
2.Pathos, kita harus dapat menyentuh hati khalayak:
perasaan, emosi, harapan, kebencian
3.Logos, kita dapat menunjukan dokumen atau contoh
sesuatu sebagai bukti.
Dispositio (penyusunan) tahap pengorganisasian pesan.
Aristoteles menyebutnya taxis,pesan harus dibagi ke dalam beberapa bagian yang
berkaitan secara logis: pengantar, pernyataan, argumen, dan epilog.
Elocutio
(gaya) pemilihan kata-kata dan bahasa yang tepat untuk mengemas
pesan.
Gunakan bahasa yang tepat, benar dan dapat diterima, pilih kata - kata yang jelas dan langsung,
rangkaian kalimat yang indah, hidup.
Memoria (memori) pembicara harus mengingat pesan
yang ingin disampaikan.
Pronuntiatio
(penyampaian) pembicara menyampaikan
pesannya. Di sini acting sangat berperan,
pembicara harus memperhatikan olah vocal
dan gerakan tubuh.
RETORIKA ZAMAN ROMAWI
Orang-orang Romawi selama dua ratus tahun setelah tidak
menambahkan apa-apa yang berarti bagi perkembangan retorika. Buku Ad Herrenium,
yang ditulis dalam bahasa Latin kira-kira 100 SM, hanya mensistematisasikan
dengan cara Romawi warisan retorika gaya Yunani. Orang-orang Romawi bahkan
hanya mengambil segi-segi praktisnya saja. Walaupun begitu, kekaisaran Romawi
bukan saja subur dengan sekolah-sekolah retorika; tetapi juga kaya dengan
orator-orator ulung: Antonius, Crassus, Rufus, Hortensius. Yang disebut terakhir
terkenal begitu piawai dalam berpidato sehingga para artis berusaha mempelajari
gerakan dan cara penyampaiannya.
RETORIKA MODERN
Abad Pertengahan berlangsung selama seribu tahun (400-1400). Di
Eropa, selama periode panjang itu, warisan peradaban Yunani diabaikan.
Pertemuan orang Eropa dengan Islam – yang menyimpan dan mengembangkan khazanah
Yunani – dalam Perang Salib menimbulkan Renaissance. Salah seorang pemikir
Renaissance yang menarik kembali minat orang pada retorika adalah Peter Ramus.
Ia membagi retorika pada dua bagian. Inventio dan dispositio dimasukkannya
sebagai bagian logika. Sedangkan retorika hanyalah berkenaan dengan elocutio
dan pronuntiatio saja. Taksonomi Ramus berlangsung selama beberapa generasi.
Renaissance
mengantarkan kita kepada retorika modern. Roger Bacon (1214-1219) membangun
jembatan yang menghubungkan Renaissance dengan retorika modern. Ia bukan
saja memperkenalkan metode eksperimental, tetapi juga pentingnya pengetahuan
tentang proses psikologis dalam studi retorika. Ia menyatakan, “… kewajiban
retorika ialah menggunakan rasio dan imajinasi untuk menggerakkan kemauan
secara lebih baik”.
Aliran
pertama retorika dalam masa modern, yang menekankan proses psikologis, dikenal
sebagai aliran epistemologis. Epistemologi membahas “teori pengetahuan”;
asal-usul, sifat, metode, dan batas-batas pengetahuan manusia. Para pemikir
epistemologis berusaha mengkaji retorika klasik dalam sorotan perkembangan
psikologi kognitif (yakni, yang membahas proses mental). Retorika, menurut
definisi Campbell, haruslah diarahkan kepada upaya “mencerahkan pemahaman,
menyenangkan imajinasi, menggerakkan perasaan, dan mempengaruhi kemauan”.
Richard
Whately mengembangkan retorika yang dirintis Campbell. Baik
Whately maupun Campbell menekankan pentingnya menelaah proses berpikir
khalayak. Karena itu, retorika yang berorientasi pada khalayak
(audience-centered) berutang budi pada kaum epistemologis – aliran pertama
retorika modern.
Aliran retorika modern kedua dikenal sebagai gerakan belles
lettres (Bahasa Prancis: tulisan yang indah). Retorika belletris sangat
mengutamakan keindahan bahasa, segi-segi estetis pesan, kadang-kadang dengan
mengabaikan segi informatifnya. Lectures on Rhetoric and Belles Lettres yang
ditulis Hugh Blair (1718-1800) Menjelaskan hubungan antara retorika, sastra,
dan kritik. Ia memperkenalkan fakultas citarasa (taste), yaitu kemampuan untuk
memperoleh kenikmatan dari pertemuan dengan apa pun yang indah. Citarasa, kata
Blair, mencapai kesempurnaan ketika kenikmatan inderawi dipadukan dengan rasio
– ketika rasio dapat menjelaskan sumber-sumber kenikmatan.
Aliran pertama (epistemologi) dan kedua (belles lettres) terutama
memusatkan perhatian mereka pada persiapan pidato – pada penyusunan pesan dan
penggunaan bahasa.
Aliran ketiga – disebut gerakan elokusionis – justru menekankan
teknik penyampaian pidato.
Pada abad kedua puluh, retorika mengambil manfaat dari
perkembangan ilmu pengetahuan modern – khususnya ilmu-ilmu perilaku seperti
psikologi dan sosiologi. Istilah retorika pun mulai digeser oleh speech, speech
communication, atau oral communication, atau public speaking.
Tokoh-tokoh retorika mutakhir:
1.
James A
Winans dalam bukunya, Public Speaking, terbit tahun 1917 mempergunakan
teori psikologi dari William James dan E.B. Tichener. Sesuai dengan teori James
bahwa tindakan ditentukan oleh perhatian, Winans, mendefinisikan persuasi
sebagai “proses menumbuhkan perhatian yang memadai baik dan tidak terbagi
terhadap proposisi-proposisi”. Ia menerangkan pentingnya membangkitkan emosi
melalui motif-motif psikologis seperti kepentingan pribadi, kewajiban sosial
dan kewajiban agama. Winans adalah pendiri Speech Communication Association of
America (1950).
2.
Charles
Henry Woolbert pendiri Speech Communication Association of America.
Psikologi yang memengaruhinya adalah behaviorisme dari John B.Watson. Woolbert
memandang Speech Communication sebagai ilmu tingkah laku. Pidato merupakan
ungkapan kepribadian. Logika adalah dasar utama persuasi. Dalam penyusunan
persiapan pidato, menurut Woolbert harus diperhatikan hal-hal berikut: (1)
teliti tujuannya (2) ketahui khalayak dan situasinya (3) tentukan proposisi
yang cocok dengan khalayak dan situasi tersebut (4) pilih kalimat-kalimat yang
dipertalikan secara logis. Bukunya, The Fundamental of Speech.
3.
William
Noorwood Brigance Berbeda dengan Woolbert yang menitikberatkan logika,
Brigance menekankan faktor keinginan (desire) sebagai dasar persuasi. Persuasi
meliputi empat unsur: 1) Rebut perhatian pendengar, 2) Usahakan pendengar untuk
mempercayai kemampuan dan karakter anda, 3) Dasarkanlah pemikiran pada keinginan,
dan 4) Kembangkan setiap gagasan sesuai dengan sikap pendengar.
4.
Alan
H.Monroe dalam bukunya, Principles and Types of Speech. Pertengahan tahun
20-an Monroe bersama stafnya meneliti proses motivasi. Jasa, Monroe, cara
organisasi pesan. Menurut Monroe pesan harus disusun berdasarkan proses
berpikir manusia yang disebutnya motivated sequence.
Beberapa sarjana retorika modern lainnya yang patut kita
sebut antara lain A.E. Philips (Effective Speaking, 1908), Brembeck dan Howell
(Persuasion: A Means of Social Control, 1952), R.T. Oliver (Psychology of
Persuasive Speech, 1942). Di Jerman, selain tokoh “notorious” Hitler, dengan
bukunya Mein Kampf, maka Naumann (Die Kunst der Rede, 1941), Dessoir (Die Rede
als Kunst, 1984) dan Damachke (Volkstumliche Redekunst, 1918) adalah pelopor
retorika modern juga.
Bukunya Mein Kampf, maka Naumann (Die Kunst der Rede, 1941), Dessoir (Die
Rede als Kunst, 1984) dan Damachke (Volkstumliche Redekunst, 1918) adalah
pelopor retorika modern juga.
Public Speaking sebagai Tool
Komunikasi. Dalam dunia komunikasi terdiri dari komunikator, pesan dan
komunikan. Semua ini akan berfungsi melalui channel atau saluran yang disebut
media dimana keberadaan “Public Speaking”. Kehadirannya dalam kegiatan
komunikasi yang berperan adalah komunikator atau public-speaker.
Beberapa macam Public Speaking :
- Pidato
- Ceramah
- Orasi
- Presentasi
- Pemateri diskusi
- Pengajar
- Memberikan briefing
- Memandu acara (MC, Host)
- Memimpin rapat
- Berbicara dalam rapat.
Komentar
Posting Komentar